Sepekan ini saya menimbang-nimbang, dijual atau dibaca saja? Akhirnya saya memilih untuk membaca buku ini, bermodal nama besar penulisnya, Leo Tolstoy. Anna Karenina, begitu judul novel tersebut. Sempat terbesit, kalau novel ini terpaksa masuk platform, akankah judulnya akan berganti menjadi “Azab Istri Selingkuh yang Ditabrak Kereta”? Hehehe. Untungnya Anna Karenina jenis buku klasik ya; pertama kali dipublikasikan pada tahun 1877, bahkan Indonesia belum merdeka.
Novel ini berkisah tentang Anna, yang mengunjungi rumah Abangnya di Petersburg untuk membereskan kemelut rumah tangga sang abang yang nyaris bubar karena Abangnya berselingkuh dengan seorang pengasuh. Bersamaan dengan itu, adik perempuan dari keluarga istrinya akan mengadakan pesta dansa pertunangan. Kitty, nama adik perempuan yang beranjak dewasa tersebut, umurnya baru 18 tahun. Kitty sudah digadang-gadang akan bertunangan dengan Vronsky, salah satu bangsawan, yang orangnya cool, ganteng, terpandang, pokoknya idola para wanita. Apa daya, ternyata Vronsky malah jatuh cinta pada pandangan pertama ke Anna Karenina. Menghadapi Anna yang sebenarnya masih ada hubungan keluarga dengan Kitty, ditambah lagi Anna pun sudah menikah, Vronsky bukannya mundur malah mengganas terbakar api asmara. Anna yang cantik terpaut pada bujuk rayu dan ketampanan Vronsky. Dikejar-kejar Vronsky, Anna bukannya ingat suami-anak semata wayang, malah makin menjadi-jadi kelakuannya. Singkat kata, cinta terlarang itu akhirnya melumat segala kebahagiaan orang-orang sekitar. Bucin-sebucin-bucinnya deh mereka berdua.
Untuk kelanjutan ceritanya, silakan baca sendiri kali ya. Kalau saya ceritain ulang, malah nggak seru sih. Justru cara penulisnya bercerita, benar-benar menguras emosi dan pemikiran saya sebagai pembaca. Saya bisa mendengar dengan jelas suara-suara tokoh yang ada di novel ini. Tokoh-tokoh lain memberi andil penting pada setiap keputusan yang diambil. Tali temali cerita dirajut rapi lewat karakter dan narasi di setiap adegan. Berjalan paralel, terjadi kisah cinta Kitty dengan petani cerdas yang sempat ditolak cintanya, Levin. Kehadiran kisah cinta mereka seolah menjadi penyeimbang dari rasa muak saya menyimak perselingkuhan Anna dan Vronsky. Tidak sampai di situ, karakter Alexei menopang kuat bagaimana Anna bisa lolos dan terjerat dalam kekalutan batinnya. Antara cinta, dendam, maaf dan pergulatan tak habis pikir lainnya, tokoh ini memberi warna baru bagi saya menyimak perspektif tokoh yang dikhianati. Apalagi yang diselingkuhi ini adalah seorang laki-laki terhormat, yang sebenarnya sangat pantas untuk dicintai. Saya tidak menolak membaca ulang cerita ini lain waktu, sebab banyak hal yang saya pelajari dari cara penulis menyusun novelnya. Seolah teori-teori fiksi yang saya dengar itu, menampakkan wujudnya lewat novel tersebut.
Jadi, sejauh mana nikmatnya perselingkuhan?
Kalau di buku ini, sejauh Vronsky mengingat Anna di pesta pertunangan. Artinya, sejauh ingatan manusia tentang malam pertemuan mereka. Selebihnya, dia nggak ingat lagi siapa Anna Karenina itu, selain siluet mengerikan dari kenaifan yang dia pilih. Pertaruhan perselingkuhan tidak pernah sebanding dengan kenikmatannya. Penutup di buku ini juga berpesan, agar kita bisa memaafkan semua pengaruh-pengaruh negatif masa lalu dalam diri seseorang. Sesungguhnya bertahan hidup jauh lebih sulit daripada memilih kematian. [] *Alga Biru*
#ResensiOktober
Profil : Anna Karenina/Leo Tolstoy/Gagas Media/2013/239 halaman
Tinggalkan komentar